Sabtu, 06 Juni 2015

konsep dasar pemeriksaan fisik












KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan untuk menyelesaikan “Bahan Ajar Ketrampilan Praktek Klinik“. Buku ini merupakan bahan ajar bagi mahasiswa DIII Kebidanan, serta praktisi kesehatan pada umumnya yang mana buku ini telah disesuaikan dengan GBPP. Buku ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan dan tututan perkembangan ilmu kebidanan, yang disesuaikan dengan kurikulum terbaru pada program pendidikan kebidanan yang berbasis kompetensi.
Buku ini merupakan salah satu sumber pustaka yang dapat dijadikan pegangan oleh mahasiwa, dosen, dan praktisi kesehatan (seperti bidan, perawat, kesehatan masyarakat, dokter, dll). Selain mahasiswa D III Kebidanan, sasaran pembaca dari buku ini adalah mahasiswa Akademi Perawat, Fakultas Kedokteran dan para akademisi yang membutuhkan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta dukungan luar biasa yang diberikan kepada penulis sehingga buku ajar ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan  salam pembuatan buku ajar ini, penulis juga sangat menginginkan kepada semua pembaca untuk dapat memberikan masukan dan kritikan demi kesempurnaan isi dari buku ini.
Akhir kata penulis ucapakan selama membaca, semoga kita dapat memanfaatkan buku  ini dengan dasar niat yang baik untuk mengaplikasikannya dalam memberikan pelayanan dasar kebidanan kepada masyarakat secara optimal.

Semarang,    September 2013            

                                                                        Penulis


TINJAUAN MATAKULIAH

A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswauntuk menerapkan Ketrampilan Dasar Praktek Klinik dalam praktek kebidanan terhadap ibu bayi dan anak balita didasari dengan konsep-konsep sikap dan ketrampilan serta hasil evidence baseddengan pokok bahasan :Pemeriksaan fisik pada ibu dan bayi.

B. Kegunaan/Manfaat Matakuliah

Dengan adanya mata kuliah Ketrampilan Dasar Kebidanan 1(KDK1) dengan materi Pemeriksaan fisik pada ibu dan bayi, diharapkan mahasiswa menjadi lebih kompeten dalam melakukan praktek Ketrampilan Dasar Kebidanan 1dan lebih profesional dalam memberikan pelayanan dasar kebidanan pada pasien.

C. Standar Kompetensi Mata Kuliah

Standar kompetensi mata kuliah Ketrampilan Dasar Praktek Klinik ini adalah Mahasiswa dapat mengimplementasikan teoripemeriksaan fisik pada ibu dan bayi.

D. Susunan Urutan Bahan Ajar

1.    Konsep dasar pemeriksaan fisik:
a.    Prinsip dasar pemeriksaan fisik
b.    Teknik pemeriksaan fisik
c.    Pemeriksaan fisik persisten
d.   Pemeriksaan fisik head to toe
2.    Pemeriksaan fisik
a.    Pemeriksaan fisik pada bayi dan balita
b.    Teknik pemeriksaan fisik

E. Petunjuk bagi Mahasiswa

Jawablah soal-soal dibawah ini, untuk mengukur bagaimana tingkat pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, maka Anda dapat mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci. Apabila mampu menjawab pertanyaan kunci tersebut tersebut  dengan benar, maka anda baru diperbolehkan melanjutkan menjawab soal,  Anda dapat melanjutkan belajar pada bab-bab berikutnya. Namun apabila pemahaman Anda belum sempurna, hendaknya membaca kembali materi  yang disajikan pada bab ini, sampai merasa paham dan dapat menjawab pertanyaan  berikut ini dengan benar.





Text Box: Pemeriksaan Fisik pada Ibu dan Bayi
A.    Kompetensi dasar dan Indikator
No.
Kompetensi Dasar
Indikator
1.
Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu dan bayi
1.      Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu
2.      Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan balita

B.     Deskripsi Singkat
Pada BAB ini mejelaskan kepada mahasiswa menjelaskan mengenai  :
1.      Konsep dasar pemeriksaan fisik:
a.       Prinsip dasar pemeriksaan fisik
b.      Teknik pemeriksaan fisik
c.       Pemeriksaan fisik persisten
d.      Pemeriksaan fisik head to toe
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Pemeriksaan fisik pada bayi dan balita
b.      Teknik pemeriksaan fisik






PENDAHuLUAN


Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik pengumpul data untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Dalam pemeriksaaan fisik dapat menggunakan berbagai teknik antara lain inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Dimana cara-cara pemeriksaan fisik ini mahasiswa harus mampu menerapkannya kepada pasien langsung pada saat praktek kinik dan melakukan pada phantom sewaktu praktikum.

TUJUAN PEMBELAJARAN


  1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik pada ibu.
  2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan balita.


URAIAN MATERI

A.    Konsep dasar pemeriksaan fisik
1.      Prinsip dasar pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik pengumpul data untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan.(Ambarwati, 2009).
2.      Teknik pemeriksaan fisik
a.    Inspeksi
Inspeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat .
Langkah kerja :
·           Atur pencahayaan yang cukup
·           Atur suhu dan suasana ruangan nyaman
·           Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien
·           Buka bagian yang diperiksa
·           Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi, penanmpilan umum, pakainan, postur tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.
·           Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi tubuh pasien.
b.    Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan perabaan, menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan.
Cara kerja :
·           Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi
·           Cuci tangan
·           Beritahu pasien tentang prosedur dan tujuannnya
·           Yakinkan tangan hangat tidak dingin
·           Lakukan perabaan secara sistematis , untuk menentukan ukuran, bentuk, konsistensi dan permukaan :
ü  Jari telunjuk dan ibu jari --> menentukan besar/ukuran
ü  Jari 2,3,4 bersama --> menentukan konsistensi dan kualitas benda
ü  Jari dan telapak tangan --> merasakan getaran
ü  Sedikit tekanan --> menentukan rasa sakit
c.    Perkusi
Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan cara perantara jari tangan, untuk mengetahui keadaan organ-organ didalam tubuh.
Cara Kerja :
·           Lepas Pakaian sesuai dengan keperluan
·           Luruskan jari tengah kiri , dengan ujung jari tekan pada permukaan yang akan diperkusi.
·           Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri, dengan lentur dan cepat, dengan menggunakan pergerakan pergelangan tangan.
·           Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan.
d.    Auskultasi
Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan menggunakan alat STETOSKOP.



B.     Pemeriksaan fisik persisten
1.      Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding ateri.Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, laju serta kekentalan (viskositas) darah.Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis.Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.Tekanan diastolik adalah tekanan terendah, yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya  berkisar dari 100/60 mmHg sampai  140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg.
Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk kedalam arteri yang telah teregang.Selama diastole arteri masih tetap menggembung karena tahanan periferi dari arteriole-arteriole menghalangi semua darah mengalir dalam jaringan.Maka tekanan darah sebagian tergantung pada kekuatan dan volume darah yang dipompa oleh jantung dan sebagian pada kontraksi otot dalam dinding arteriole.Kontraksi ini dipertahankan oleh saraf vasokonstriktor, ini dikendalikan oleh pusat vasomotorik dalam medula oblongata.
Perbedaan Tekanan Darah Normal (dalam mmHg)
                        Diastolik                 Sistolik
Pada masa bayi                         50                           70-90
Pada masa anak-anak               60                            80-100
Selama masa remaja                60                           90-110
Dewasa muda                         60-70                        110-125
Umur lebih tua                        80-90                        130-150
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah, terdiri dari :
1.      Kekuatan jantung memompakan darah, membuat tekanan yang dilakukan jantung sehingga darah bisa beredar keseluruh  tubuh dan darah dapat kembali lagi kejantung.
2.      Viskositas (kekentalan) darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah sel darah yang beredar dalam aliran darah.
3.      Elastisitas dinding aliran darah, didalam arteri tekanan lebih besar dari pada dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis dari pada vena.
4.      Tahanan tepi, tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam pembuluh darah dalam sirkulasi darah yang berada dalam arterial. Turunnya tekanan mengakibatkan denyut pada kapiler dan vena tidak teraba.   

2.      Denyut Nadi
Darah yang meninggalkan ventrikel kiri jantung, kaya akan oksigen dan berwarna merah cerah. Darah dipompa kedalam aorta oleh kontraksi ventrikel kiri yang menimbulkan suatu area dengan tekanan yang meningkat dan akan berjalan sepanjang arteri seperti sebuah gelombang.
Ketika darah dipompa keluar dari ventrikel kiri, aorta terisi penuh, sehingga ia harus menggelembung (distensi) untuk dapat mengakomodasi darah tambahan. Ketika ventrikel kiri relaksasi, katup aorta menutup dan aorta yang elastis ini akan kembali kediameter semula. Kembalinya aorta kediameter semula (rekoil) sangatlah penting karena ini merupakan mekanisme, darah secara terus menerus dipompa keseluruh bahkan saat ventrikel relaksasi. Distensi dan rekoil aorta menciptakan gelombang distensi dan rekoil yang disebut nadi, yang akan berjalan disepanjang semua arteri besar dan yang dapat diraba dengan jari ditempat arteri bisa ditekan pada tulang. Karena denyutan jantung menghasilkan pulsasi nadi, maka frekuensi dan sifat denyutan tersebut dapat dinilai dengan megevaluasi nadi yang dihasilkan.
Saat memeriksa nadi, faktor-faktor yang perlu dievaluasi adalah kecepatan, irama, kualitas, konfigurasi gelombang nadi, dan kualitas pembuluh darah itu sendiri.
Frekuensi nadi.Frekuensi nadi normal bervariasi dari serendah 50 pada orang muda sehat atletis sampai setinggi lebih dari 100 setelah latihan.Bila kecepatannya lebih dari yang diharapkan, maka perlu dikaji ulang pada akhir pemeriksaan fisik.
Irama nadi. Irama nadi sama pentingnya dengan frekuensi nadi untuk dikaji. Ketidakteraturan minimal pada nadi masih dianggap normal.Kecepatan nadi terutama pada orang muda, meningkat selama inspirasi dan melambat selama ekspirasi, dinamakan disritmia sinus. Bila irama nadi tidak teratur, maka frekuensi jantung harus dihitung dengan mengauskultasi denyut apikal selama 1 menit penuh sambil  meraba denyut nadi. Gangguan irama (disritmia) sering mengakibatkan defisit nadi, suatu perbedaan antara frekuensi apeks (frekuensi jantung yang terdengar di apeks jantung) dan frekuensi nadi.
Konfigurasi nadi.Konfigurasi atau kontur nadi sering dapat memberikan informasi penting. Pada stenosis katup aorta, dimana muara katup menyempit disertai penurunan jumlah darah yang disemburkan ke aorta, maka tekanan nadi akan mengecil dan nadi terasa lemah. Pada insufisiensi aorta, dimana katup aorta tidak dapat menutup sempurna sehingga darah mengalir balik atau bocor dari aorta ke ventrikel kiri, akan terjadi peningkatan gelombang nadi yang mendadak  dan menurun pula secara mendadak nadi  kolaps. Konfigurasi nadi paling baik diperiksa dengan palpasi pada arteri karotis, karena karakteristik dramatik gelombang  nadi bisa kacau ketika nadi dihantarkan ke pembuluh darah yang lebih kecil.
Kualitas pembuluh darah.Kondisi dinding pembuluh darah juga mempengaruhi nadi dan harus diperhatikan terutama pada lansia.Begitu kecepatan dan irama sudah ditentukan, maka kualitas pembuluh darah harus dikaji dengan meraba sepanjang arteri radialis dan membandingkan dengan pembuluh normal.
Untuk mengkaji peredaran darah perifer, raba dan evaluasi semua denyut arteri.Denyut arteri dapat diraba pada titik-titik dimana arteri mendekati permukaan kulit dan mudah ditekan ke tulang atau otot yang padat.Denyutan dapat diperiksa di artei temporalis, karotis, brakhialis, radialis, femoralis, poplitea, dorsalis pedis, dan tibia posterior. Denyutan arteri ekstremitas bawah sangat tergantung pada  pada penentuan lokasi arteri.Tekanan jari yang kuat dapat menghilangkan  denyut arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior.



11637W
Tempat
Letak
Pengkajian
Temporai

Karotid


Apikal

Brakial

Radial

Ulnar


Femoral


Poplitea



Tibia posterior


Pedis dorsal

Diatas tulang tengkorak, diatas dan lateral terhadap mata
Sepanjang tepi medial otot sternokleidomastoid dileher

Rongga interkostal keempat sampai kelima pada garis midklavikural kiri
Alur diantara otot bisep dan trisep pada fosa antekubital
Radial atau disisi ibu dari jari telunjuk pada pergelangan tangan
Bagian ulnar dari pergelangan tangan

Dibawah ligamen inguinal ditengah antara simfisis fubis dan spina iliaka anterior superior
Diberlakang tumit pada fosa popliteal


Bagian dalam pergelangan kaki dibawah malelous madeal

Sepanjang bagian atas kaki diantara tendon ekstensi dari jari kaki pertama dan besar.
Bagian yang mudah dicapai digunakan untuk mengkaji nadi pada anak-anak
Bagian yang mudah digunakan pada saat syok psikologis atau henti jantung saat bagian lain tidak dapat diraba
Bagian ini digunakan untuk  mengauskultasi nadi apikal
Bagian ini digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke lengan bawah
Bagian ini digunakan untuk mengauskultasi tekanan darah
Bagian yang biasa digunakan untuk mengkaji karakter nadi perifer dan mengkaji status sirkulasi ke tangan.
Bagian ini digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke tangan. Bagian ini juga digunakan tes allen.
Bagian ini digunakan untuk mengkaji status nadi lain tidak dapat diraba dan digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke tungkai
Bagian ini digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke tungkai bagian bawah
Bagian ini digunakan untuk mengkaji status sirkulasi ke kaki


C.    Pemeriksaan fisik head to toe
1.      Persiapan
a.       Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/ spighnomanometer, Thermometer, Arloji/ stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih ( jika perlu), tissue, buku catatan perawat.
Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa.
b.      Lingkungan
            Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
c.       Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
2.      Prosedur Pemeriksaan
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur
c.       Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila di perlukan
d.      Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara : inspeksi
1)      Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh, Ekspresi sesuai, tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
2)      Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :)Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut)
3)      Jenis kelamin
4)      Usia dan Gender
5)      Tahapan perkembangan
6)      TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
7)      Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
8)      Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
9)      Postur dan cara berjalan
10)  Bentuk dan ukuran tubuh
11)  Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup)
12)  Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
13)  Dokumentasikan hasil pemeriksaan
3.      Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
1)      Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2)      Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat, dan hidrasi.
Persiapan
1)      Posisi klien: duduk/ berbaring
2)      Pencahayaan yang cukup/lampu
3)      Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
1)      Pemeriksaan kulit
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan   edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
2)      Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku.
Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
3)      Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat berhadapan dengan klien
a)      Pemeriksaan kepala
Tujuan
(1)   Mengetahui bentuk dan fungsi kepala 
(2)   Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala 
Persiapan alat
(1)   Lampu
(2)   Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)
Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
b)      Pemeriksaan wajah
Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain,  tidak pucat/ikterik, simetris.
Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
c)      Pemeriksaan mata
Tujuan
(1)   Mengetahui bentuk dan fungsi mata
(2)   Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
(1)   Senter Kecil
(2)   Surat kabar atau majalah
(3)   Kartu Snellen
(4)   Penutup Mata
(5)   Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi:  bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam penglihatan tersebut merupakan derajad persepsi deteil dan kontour beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu:
4.      Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
Persiapan Alat
    a)     Arloji berjarum detik
    b)     Garpu tala
    c)     Speculum telinga
    d)     Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan
·    Inspeksi  : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
·    Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan  tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
5.     Pemeriksan hidung dan sinus
Tujuan
a.    Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
b.    Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
Persiapan Alat
a)      Spekulum hidung
b)      Senter kecil
c)      Lampu penerang
d)     Sarung tangan (jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan
·     Inspeksi  : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi)
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
·     Palpasi  dan Perkusi frontalis dan, maksilaris  (bengkak, nyeri, dan septum deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.

6.    Pemeriksaan mulut dan bibir
Tujuan
Mengetahui bentuk kelainan mulut
Persiapan Alat
    a)     Senter kecil
     b)     Sudip lidah
     c)     Sarung tangan bersih
     d)     Kasa
Prosedur Pelaksanaan
·    Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis
·     Inspeksi dan palpasi strukur dalam  : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2.
·     Normal:gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
 Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di rahang atas dan 16 buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia enam bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi tetap.
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan berjumlah 7 buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan berjumlah 8 buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15 bulan gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah), usia 16-19 bulan berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada usia 20-30 bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10 dirahang bawah). setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

7.   Pemeriksaan leher
Tujuan
    a)     Menentukan struktur integritas leher
    b)     Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
    c)      Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat
Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
·     Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
·    Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal:arteri karotis terdengar.
·      nspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada  pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
·     Auskultasi :bising pembuluh darah.

8.    Pemeriksaan dada( dada dan punggung)
Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara/prosedur:
A)    System pernafasan
Tujuan :
a)    Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada
b)   Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
c)    Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus
Persiapan alat
    a)     Stetoskop
    b)     Penggaris centimeter
    c)      Pensil penada
Prosedur pelaksanaan
·      Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur  dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya  pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema
·       Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.
(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.)
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.
·     Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.
·     Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea)
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal.

B)    System kardiovaskuler
Tujuan
     a)     Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
     b)     Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
     c)      Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
     d)     Mendeteksi gangguan kardiovaskuler
Persiapan alat
    a)     Stetoskop
    b)     Senter kecil
Prosedur pelaksanaan
·     Inspeksi :Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
·     Palpasi: denyutan
Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
·     Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup)
Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid sterna, pada RIC 4,5,dan 8.
·     Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
·      Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).

9.    Dada dan aksila
Tujuan
a)    Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara
b)   Mendeteksi awal adanya kanker payudara
Persiapan alat
a)     Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan)
Prosedur pelaksanaan
·         Inspeksi payudara: Integritas kulit
·         Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran vena
·         Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

10.    Pemeriksaan Abdomen (Perut)
Posisi klien: Berbaring
Tujuan
a)      Mengetahui betuk dan gerakan-gerakan perut
b)      Mendengarkan suara peristaltic usus
c)      Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam perut.
Persiapan
    a)     Posisi klien: Berbaring
    b)     Stetoskop
    c)      Penggaris kecil
    d)     Pensil gambar
    e)     Bntal kecil
    f)      Pita pengukur
Prosedur pelaksanaan
·         Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus,  dan gerakan dinding perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
·         Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
Normal:  suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
·         Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.
·         Perkusi hepar: Batas
·         Perkusi Limfa: ukuran dan batas
·         Perkusi ginjal: nyeri
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan =hipertimpani
·         Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan
·         Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

11.   Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)
Tujuan :
1.      Memperoleh data dasar tetang otot, tulang dan persendian
2.      Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian tertentu.
Alat :
1.      Meteran
Posisi klien: Berdiri. duduk
·         Inspeksi struktur muskuloskletal :simetris dan pergerakan, Integritas ROM, kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.
·         Palpasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis .
Normal: teraba jelas
·         Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif

12.   Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki)
·         Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
·         Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
Normal: teraba jelas
·         Tes reflex :tendon patella dan archilles.
Normal: reflex patella dan archiles positif

13.  Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)
Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy
Tujuan:
1.      Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia.
2.      Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/ benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
3.      Melakukan perawatan genetalia
4.      Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Alat :
1.      Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
2.      Sarung tangan

a.       Pemeriksaan rectum
Tujuan :
1.      Mengetahui kondisi anus dan rectum
2.      Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
3.      Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
4.      Memeriksa kangker rectal dll
Alat :
1.      Sarung tangan sekali pakai
2.      Zat  pelumas
3.      Penetangan untuk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan
1.      Wanita:
·      Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris, edema, pengeluaran.
Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
·      Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
·      Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan,  massa
·      Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema /  hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan pendarahan.

2.      Pemeriksaan fisik pada bayi dan balita
A.    Pengertian
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara, terutama dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal,alat-alat untuk perkusi,palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring pengkajian sistem tubuh.Seperti pada riwayat kesehatan, obyekyif dari pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnsa keperawatan dan mengevaluasi keefektivan intervensiterapeutik.( Wong,2003). Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan,dimana tiap tahap perawatan melakukan pengkajian data yang diperoleh dari hasil wawancara, laporan teman sejawat, catatan keperawatan, atau catatan kesehatan lain dan pengkajian fisik.( Robert Priharjo, 1993 ). Physical examination merupakan tehnik maneuver yang terdiri dari beberapa rangkaian, yang masing-masing anak memlik sensifitas dan verbal baik fisik maupun spikologik.( Wong, 1993 ). Pemeriksaan fisik lebih dari suatu rangkaian latihan tehnikal. Hal itu merupakan tuntutan yang sama sensivitasnya dengan kebutuhan fisik dan psikologik anak yang sulit di kenal dan tidak sama dengan yang lainnya.( Wong, 1993).

B.     Tujuan Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik pasien.Karena sifat alamiah bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti sistematika yang lazim pada orang dewasa.Dalam pemeriksan anak harus memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak. Penggunaan perkembanagn mental dan kronologi umur sebagai kriteria utama dalam pengkajian tiap sistem tubuh memudahkan/menyelesaikan dari beberapa tujuan, diantaranya :
1.      Meminimalkan steres dan ansietas yang berhubungan dengan pengkajian pada baguan- bagian tubuh yang berbeda.
2.      Memelihara dan membina hubungan saling percaya antara perawat, anak dan orang tua.
3.      Memberikan persiapan yang maksimum pada anak.
4.      Memberikan perlindungan yang esensial pada hubungan antara orangtua-anak,
terutama dengan anak kecil.
5.      Memaksimalkan keakuratan dan reabilitas hasil pengkajian.

C .Pemeriksaan Anak
Walaupun pemeriksaan fisik dilakukun dengan prosedur yang tidak menyebabkan rasa saki, tetapi kepada seorang anak dengan menggunakan jari, telapak tangan, lengan, pemeriksaan dalam telinga dan mulut,menekn abdomen dan mendengarkan dasa dengan permukaan metal yang dingin dapat menimbulkan stresful. Pemeriksaan fisik ini harus menjadi hal yang menyenangkan dan sama baik hasilnya. Misalnya dengan anak pre school dan yang lebih tua perawat dapat menggunakan gambar atau boneka untuk membantu anak belajar tentang tubuh mereka.
Tehnik “Paper Doll” merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengajarkan anak tentang bagian tubuh mereka yang diperiksa. Kesimpulannya adalah saat kunjungan anak dapat membawa paper doll sebagai pengingat pengalaman. Banyak permintaan anak yang sangat kooperatif ketika orang tua bersama mereka.Hal ini ada yang menyebabkan, bagaimanapun saat anak yang lebih tua terutama adolence lebih memilih di periksa sendiri pada pemeriksaan genetalia, sering anak yang sedang diperiksa juga disertai saudara kandungnya yang dapat menyebabkan ke tidak teraturan kerena ada boredom.
Sebuah taktik untuk membantu mereka adalah untuk memberikan mereka kesempatan untuk mencoba alat pemeriksaan seperti stetoskop atau spatel lidah dan memuji anak atas “Bantuannya”selama pemeriksaan.



D.    Komunikasi Sebelum Pemeriksaan Fisik
Sebagai tenaga medis sebelum melakukan pemeriksaan hendaknya jangan mengabaikan komunikasi walaupun pada anak sekalipun. Hal ini bertujuan agar nantinya ia mendapatkan informasi yang akurat dengan pasien. Adapun komunikasi yang dilakukan perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
1.      Bicara terlebih dahulu pada orang tua, tunjukkan bahwa kita akan membina hubungan yang baik dengannya. Dengan demikian, anak akan melihat bahwa kita berbuat baik terhaap orang tuanya. Kemudian perhatian kita alihkan pada anak dengan tujuan semula, yaitu melakukan pengkajian.
2.      Mulai kontak dengan anak dengan menceritakan sesuatu yang lucu. Dengan demikian harapkan anak akan tertarik dengan pembicaraan perawat dan mau bekerja sama.
3.      Gunakan mainan sebagai pihak ketiga dalam bentuk yang lain sebagai titik masuk berbicara pada anak. Hal ini akan sangat efektif terutama pada anak usia toddler dan anak pra sekolah
4.      Apabila memungkinkan, ajukan pilihan pada anak tersebut tentang pemeriksaan yang diinginkan, sambil duduk atau di tempat tidur, atau di pangku oleh orangtuanya.
5.      Pemeriksaan yang menimbulkan trauma dilakukan paling terakhir. Dengan demikian, pilih pemeriksaan yang paling sederhana atau yang dapat dilakukan sambil bermain terlebih dahlu.
6.      Hindarkan pemeriksaan dengan menggunakan alat yang menimbulkan rasa takut, misalnya termometer atau stetoskop yang terasa dingin

E.     Penatalaksanaan
1.      Persiapan Alat
Pengukur/meteran/penggaris/Stadiometer
Penimbang BB
Termometer dan spekulum
Optalmoskop
Arloji berdetik
Manset:
• Bayi baru lahir ukurannya : lebar kantong 2,5-4,0 cm dan panjang Kantongnya 5,0-9,0 cm
• Bayi ukurannya:lebar kantong 4,0-6,0 cm dan panjang kantongnya 5,0-9,0
• Anak-anak lebar kantong 7,5-9,0 Cm dan panjang kantongnya 17,0-19,0 cm.
Stesoskop
Oksilometri
Peniti,kapas, objek dingin/kapas
Spatel lidah
Garpu tala
Snellen
Senter
Gambar warna

F.      Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Anak
Persiapan Bayi
1.      Sebelum dapat duduk sendiri:
Terlentang atau telungkup atau lebih baik di pangkuan orang tua.
Usia 4 sampai 6 bulan dapat di tempatkan di atas meja periksaan.
-       Setelah dapat duduk sendiri:
Gunakan posisi duduk di pangkuan orang tua jika mungkin
Jika diatas meja, tempatkan dan pandangan penuh pada orang tua.
-       Bila tenang auskultai jantung, paru, abdomen
-       Catat frekuensi jantung dan pernafasan.
-       Palpasi dan perkusi area yang sama
-       Lanjutkan dengan arah biasa,kepala ke kaki
-       Lakukan prosedur traumatic di bagian akhir, mata, telinga, mulut (sambil menangis)
-       Munculkan reflek-reflek saat bagian tubuh tersebut diperiksa
-       Lakukan pemeriksaan reflek Moro di bagian akhir 
-       Lepaskan semua pakaian bila suhu ruangan memungkinkan.
-       Biarkan popok terpasang pada bayi
-       Tingkatkan kerja sama dengan distraksi,obyek erang,bunyi-bunyi dengan mulut,bicara.
-       Berikan kotak kecil dikedua tangan bayi yang lebih besar,sampai pelepasan volunter
-       berkembang di akhir tahun pertama,bayi tidak mampu menggenggam obyek(misalnya stetoskop,otoskop)( Farber,1991 )
-       Tersenyum pada bayi gunakan suara yang lembutdan perlahan
-       Tenangkan dengan sebotol air gula atau makanan
-       Minta bantuan orang tua untuk memegang bayi pada pemeriksaan telinga dan mukut.
-       Hindari gerakan yang kasar dan mengejutkan.
2. Usia Bermain
-    Duduk atau berdiri diatas atau disamping orang tua.
-       Telungkup atau terlentang dipangkuan orang tua. 
-       Inspeksi area tubuh,melalui permainan “Hitung Jari” gelitik jari kaki.
-       Gunakan kontak fisik minimal diawal pemeriksaan.
-       Kenalkan alay dengan perlahan. Auskultasi,perkusi,palpasi bila tenang
-       Lakukan prosedur traumatic terakhir (sama dengan bayi) 
-       Minta orang tua untuk melepaskan pakaian bagian luar
-       Lepaskan pakaian dalam pada saat tubuh tersubut di periksa
-       Izinkan untuk melihat-lihat alay,menunjukkan penggunaan alat biasanya tidak efektif
-       Jika tidak kooperatif lakukan prosedur dengan cepat
-       Gunakan restrain bila tepat,minta bantuan orang tua.
-       Bicarakan pemeriksaan bila dapat bekerja sama :gunakan kalimat pendek.
-       Berikan pujian untuk perilaku kooperatif.
3. Anak Pra Sekolah
-       Lebih suka berdiri atau duduk.
-       Biasanya kooperatif dengan posisi telungkup/atau terlentang menyukaikedekatan dengan orang tua.
-       Jika kooperatif ,lakukan dari kepala ke jari kaki.
-       Bila tidak kooperatif,lakukan seperti pada anak usia bermain.
-       Minta anak melepaskan pakaiannya.
-       Izinkan untuk menggunakan celana dalam bila malu.
-       Berikan kesempata untuk melihat alat:tunjukkan dengan singkat penggunaannya.
-       Buat cerita tentang prosedur :”saya mau melihat seberapa kuat otot-ototmu”
-       Gunakan tehnik boneka kertas
-       Beri pilihan jika mungkin
-       Hargai kerja sama : gunakan pernyataan positif ”Buka Mulutmu”
Anak Usia Sekolah
-       Menyukai duduk
-       Kooperatif hampir semua posisi anak kecil menyukai kehadiran orangtua.
-       Anak yang lebih besar menyukai privasi.
-       Lakukan dari kepala dan kaki
-       Bila tidak kooperatif ,lakukan seperti pada anak usia bermain. 
-       Minta untuk melepaskan pakain sendiri.
-       Biarkan untuk memakai celana dalam
-       Beri skor untuk dipakai
-       Jelaskan tujuan peralatan dan kepentingan prosedur seperti otoskop untuk melihat
gendang telinga,yang diperlukan untuk mendengar.
-       Ajarkan tentang fungsi tubuh dan perawatannya.
4.     Remaja
-       Sama dengan anak usia sekolah
-       Berikan pilihan tentang keberadaan orang tua.
-       Sama dengan anak usia sekolah yang lebih besar.
-       Izinkan melepaskan pakaian sendiri.
-       Beri Skor
-       Buka hanya area yang akan diperiksa
-       Hargai kebutuhan privacy Jelaskan temuan-temuan selama pemeriksaan. ”ototmu kuat dan padat.
-       Beri keterangan tentang perkembangan seksual : “Payudaramu sedang berkembang
seperti seharusnya“
-       Tekan kenormalan perkembangan.
-       Periksa genetalia seperti bagian tubuh yang lain:dapat di lakukan di akhir.

G.    Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan atau perawat yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir :
1.      Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
2.      Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
3.      Pastikan pencahayaan baik
4.      Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
5.      Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh


Peralatan dan Perlengkapan
1.      Kapas
2.      Senter
3.      Thermometer
4.      Stetoskop
5.      selimut bayi
6.      bengkok
7.      timbangan bayi
8.      pita ukur/metlin
9.      pengukur panjang badan

P
rosedur
1.      Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
2.      Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan,
sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
3.      Susunalat secara ergonomis
4.      Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan denganhanduk bersih
5.      Memakai sarung tangan
6.      Letakkan bayi pada tempat yang rata

Pengukuran Antropometri
1.      Penimbangan berat badan. Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
2.      Pengukuran panjang badan. Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
3.      Ukur lingkar kepala. Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi
4.      Ukur lingkar dada ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu)

Pemeriksaan Fisik
1.      Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21. Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya
2.      wajah
wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
3.      Mata
• Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
•Periksa jumlah, posisi atau letak mata
• Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
• Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea
• Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina
• Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina
• Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan
• Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down
4.       Hidung
• Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
• Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
• Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini kemungkinan adanya sifilis kongenital
• Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan.( Depkes Ri,2003 )
5.      Mulut
• Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia
• Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut)
• Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras dan lunak
• Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibatvEpistein’s pearl atau gigi
• Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote)
• Bibir sumbing (Bennet & Brown, 1999)
6.       Telinga
• Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
• Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang
• Dauntelinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagia atas
• Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin)
• Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal
7.      Leher
• Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher
• Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus brakhialis
• Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
• Adanya lipata kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
8.      Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur
9.      Tangan
• Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke bawah
• Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur
• Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili
• Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21
• Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan
10.   Dada
• Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan
• Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
• Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal
11.  Abdomen
• Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
• Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
• Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
• Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten.(Lodermik, Jensen 2005)
12.  Genetalia
• Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis
• Periksa adanya hipospadia dan epispadia
• Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua
• Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
• Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
• Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl bedding).(Lodermik, Jensen 2005) (Lodermik, Jensen 2005)
13.   Anus dan rectum
• Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya
• Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
14.  Tungkai
• Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan
• Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
• Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
15.  Spinal
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra.(Lodermik, Jensen 2005)
16.  Kulit
• Perhatikan kondisi kuli bayi.
• Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir
• Periksa adanya pembekakan
• Perhatinan adanya vernik kaseosa
• Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan









G.    Bahan Diskusi

KASUS 1
Seorang ibu datang ke BPM (Bidan Praktek Mandiri) dan mengatakan ingin periksa karena sudah dua bulan ibu tersebut tidak haid, dan ibu mengatakan merasakan mual dan kadang-kadang muntah.
Diskusikan jawaban pertanyaan dibawah ini!
1.      Pemeriksaan apa yang anda lakukan pada kasus di atas?
2.      Apa yang dialami oleh ibu tersebut?

KASUS 2
Enam jam yang lalu telah lahir bayi perempuan kondisi sehat dan aktif. Bayi tersebut belum dilakukan pemeriksaan fisik dan belum di mandikan.
Diskusikan jawaban pertanyaan dibawah ini!
Tindakan apa yang anda lakukan sebagai seorang bidan?




D. Daftar Bacaan Tambahan

Belland, KH & Wells, M. A 1986. Clinical nursing procedures. California. Joners and Barletletlett aplublisher.
Bobak, K. J. 2005. Perawatan maternitas. Jakarta. EGC
Hidayat. AAA & Uliyah, M, 2005. Buku saku praktikum kebidanan dasar manusia. Jakarta. EGC
Hidayat. AAA & Uliyah, M, 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia;aplikasi konsep dan asuhan keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Kozier Erb. 2000. Fundamental of nursing ; concept prosess and practice. Sixth edition. California. Menlo Park


E. Pertanyaan Kunci

Pertanyaan Kunci
Ketika Anda Membaca bahan bacaan berikut, gunakanlah pertanyaan- pertanyaan berikut ini untuk membantu Anda:
1.      Bagimana teknik pemeriksaan fisik pada ibu dan bayi………..
2.      Persiapan apa saja yang harus di siapkan dalam pemeriksaan fisik………


F. Soal Uraian

1.      Sebutkan teknik pemeriksaan fisik?
2.      Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi yang belum bisa duduk?
3.      Pada pemeriksaan head to toe, apa saja yang harus diperiksa?sebutkan!


G. Tugas

1.Tugas kelompok (Small group discussion, makalah)
2. Tugas tersetruktur (laporan pratikum diskill dan laporan praktek di lapangan)
3. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal)


H. Catatan

Bila anda belum merasa puas, atau paling tidak menguasai materi75 %, maka anda harus mengulangi kembali materi diatas sampai anda merasa puas.
RANGKUMAN

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk pengumpul data untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan seseorang.Dalam pemeriksaan fisik ada teknik yang dilakukan dan sebelum pemeriksaan fisik persiapan alat sangat dibutuhkan.Ada cara-cara pemeriksaan fisik dapat juga di sesuaikan dengan kondisi pasien.








DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar