Minggu, 07 Juni 2015

sediaan obat ungentum

ungentum
Obat bentuk sediaan setengah padat umumnya hanya dipakai sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau hanya sebagai pelindung kulit. Obat ini juga dapat berfungsi sebagai kosmetika, menutupi kelainan-kelainan pada kulit yang kurang menyenangkan penderitanya.
Sesuai pada karakteristik fisik-konsistensi, obat yang dugunakan pada kulit dibagi 3:
  1. Cairan kental encer: Linimentum
  2. Setengah padat: Unguentum, Cream, Pasta
  3. Padat: Sapo medicatus, Emplastarum
Pada prinsipnya obat sediaan setengah padat untuk pemakaian pada kulit berupa campuran dalam berbagai perbandingan lemak/minyak dengan dasar salep dan bahan padat, dengan atau tanpa tambahan air.
LINIMENTUM
Ialah bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit. (asal kata linere=gosokkan). Dapat berupa larutan zat berkhasiat dalam minyak/lemak yang berupa emulsi, hasil penyabunan yang banyak mengandung air sehingga ketika dioleskan akan menghasilkan perasaan sejuk.
Sediaan ini umumnya tidak diberikan pada kulit yang sedang terluka atau terbuka.
Keutungan linimentum dibandingkan Unguentum:
-lebih mudah dicuci dari kulit, sediaan yang baik bila diberikan pada bagian kulit yang berambut dan juga kulit muka dan kulit bayi yang halus.
-bila penetrasi adri obat berkhasiat yang dikehendaki, maka penetrasi dari sediaan linimentum lebih baikdari unguentum
UNGUENTUM & CREMOR
Unguentum ialah salep sediaan setengah padat yang mudah dioleskan pada kulit tanpa kekerasan ataupun pemanasan terlebih dahulu. Seperti mentega. Syarat sebuah salep ialah bahan obat yang terkandung harus terdispersi rata atau terdispersi homogen dalam vehikulum.
Cremor mengandung air yang dapat memberikan perasaan sejuk pada kulit.
Salep dapat dikelommpokkan menurut kegunaannya dalam terapi:
  1. Salep epidermis: melindungi kulit/mengobati epitelium. Vehikulum yang sering digunakan biasanya vaseline atau campuran hidrokarbon.
  2. Salep mukosa: melindungi atau mengobati mukosa. Sebagai vehikulum, campuran vaseline dengan 10-20% Adeps lanae.
Adeps lanae memudahkan salep melekat pada mukosa yang basah.
Salep ini mengobati mukosa rectum, hidung dan mata. Salep mata umumnya lebih encer dengan menambahkan paraffinum liquidum atau minyak (salep mata harus steril).
  1. Salep endodermik: bahan obat berpenetrasi melalui kulit sehingga bekerja pada permukaan kulit. Vehikulum dapat berupa lemak/ campuran beberapa bahan yang mirip dengan lemak kulit manusia.
  2. Cream: salep yang banyak mengandung air, memberikan perasaan sejuk. Sebagai vehikulum dipakai emulsi kental berupa O/W atau W/O. Cream lebih mudah dibersihkan dari kulit yang menggunakan vaseline sebagai vehikulumnya.
  3. Jelly: salep encer, dipergunakan sebagai kontraseptif (vaginal jelly) yang mengandung spermatosida. Sebagai vehikulum digunakan Gom Acacia, Carboxymethylchellulosa, dan lain-lain mucilagines.
Komposisi salep
Didapat dengan mencampur 2 unsur:
  1. Zat berkhasiat yang dapat berupa zat tunggal atau campuran beberapa zat tergantung pada indikasi peyakit yang dapat diobati.
Jumlah zat berkasiat dalam salep dapat dituliskan berupa:
  1. Jumlah absolut: dalam mg,g, atau ml untuk cairan.
  2. Jumlah pebandingan: persentase zat terkadung dalam salep keseluruhannya. Contoh: Ung.Acidi borici 10%.
  3. Vehikulum atau dasar salep
Pemilihan vehikulum menjadi hal penting karena vehikulum mempengaruhi efek terapeutik dari suatu salep.
Salep yang digunakan pada epidermis, mukosa, salep penetrasi atau bentuk cream yang mudah dicuci, tiapnya memerlukan vehikulum yang berbeda-beda.

Syarat-syarat bahan untuk dijadikan vehikulum salep:
Indifferent, tidak merangsang kulit atau mukosa, cukup stabil pada penyimpanan, tidak berbau, pH netral serta tidak meninggalkan vlek atau bercak pada kulit.


sediaan obat suspensi

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang


Dalam pembuatan suatu suspensi, kita harus mengetahui dengan baik karakteristik fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase terdispersi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah ”dibasahi” oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak dipenetrasi dengan mudah oleh pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan untuk bergabung menjadi satu atau mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir, serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut ”zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi menggantikan udara dicelah-celah partikel, mendispersikan partikel tersebut dan kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam serbuk.


Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill), pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortir dan stamper. Begitu serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah semua komponen-komponen formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) ditambah sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara merata sebelum penambahan pembawa berikutnya. Sebagian dari pembawa tersebut digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari suspenoid, dan bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan menjamin bahwa suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan.

 

1.2 Tujuan


a. Untuk mengetahui sediaan suspense
b. Mengetahui proses pembuatan sediaan suspense



1.3 Manfaat


a. Mengetahui kekurangan dan kelebihan sediaan suspense
b. Memahami proses pembuatan suspense
c. Mengetahui macam-macam golongan sediaan suspensi
d. Mengetahui bahan yang baik untuk sediaan suspense



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian


Suspensi adalah sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terspersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah :


1. Suspeni oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam golongan ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.


2. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk pengguanan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.


3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.


4. Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu termikronisasi agar tidak menimbulka iritasi atau goresan pada kornea. Supensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau menggumpal.


5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.


6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan yang sesuai.


2.2. Stabilitas suspensi


Salah satu problem yang dihadapu dalam proses pembuatan suspensi adalah memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homo genitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :


Ukuran partikel


Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.


Kekentalan (viscositas)


Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental susu caira kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan , gerakan turun dari partikel yang kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”


Keterangan : V = kecepatan aliran.


d = diameter dari partikel


= berat jenis dari partikel


o = berat jenis cairan


g = gravitasi


12 n = viskositas cairan



Jumlah partikel (konsentrasi)


Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalm jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.

Sifat atau muatan partikel


Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah mempengaruhi sifat alam. Maka kita tidak dapat mempengaruhinya.


Stabilitas fisik suspensi farmasi ddidefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk cimpacted cake dan peristiwa ini disebut caking.


Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsetrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalamresep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.


Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternak dapat dinaikkan denan penambahan zat pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).


Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


I. Bahan pensuspensi dari alam


Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengruhi oleh panas, ph dan fermentasi bakteri.


Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :


Ø Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis.


Ø Satu botol ditambah dengan asm dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama.


Ø Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asm dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.


Termasuk golongan gom adalah :


Ø Acasia (pulvis gummi arabici)


Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp,dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab denan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet(preservatif).


Ø Chondrus


Diperoleh dari tanaman chondrus crispus dan mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, sehingga perlu ditambahkan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.


Ø Tragacanth

Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragcanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, mucilago tragacath lebih kental dari mucilago dari gom arab.mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.


Ø Algin

Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dalam algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1 -2 %.


Golongan bukan gom


Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada tiga macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liatdimasukkan kedalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalancairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik.


Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari bahan tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.


II. Bahan pensuspensi sintesis


Derivat selulosa

Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methol, tylose), karbrsi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka atau nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuanmenambah vislositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya semakin besar angkanya bearti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga diginakan sebagai laksansia dan bahan penghancur (disintergator) dalam pembuatan tablet.

Golongan organik polimer

Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Cabophol 934 (nama dagang suatu pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit,serta sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.



2.3. Cara mengerjakan obat dalam suspensi

Metode pembuatan suspensi


Suspensi dapat dibuat dengan cara :


Ø Metode dispersi

Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukkan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 90 º serbuk akan mengambang diatas cairan . serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antar partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau welling agent.


Ø Metode praesipitasi


Zat yang hendak didespersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan tetapi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Caiaran organik tersebut adalah etanol, propilenglikol dan polietilenglikol.


Sistem pembentukan suspensi

Ø Sistem flokulasi


Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.

Ø Sistem deflokulasi

Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sulit tersuspensi kembali.

Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :

Ø Deflokulasi

a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
b. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
c. Sedimen terbentuk lambat.
d. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi.
e. Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.


Ø Flokulasi


a. Partikel merupakan agregat yang bebas.
b. Sedimen terjadi cepat
c. Sedimen terbentuk cepat
d. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula
e. Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.


2.4. Formulasi suspensi
 

Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 katagori :


Ø Penggunaan”structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structure vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.


Ø Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.


Pembuatan suspensi sistem flokasi ialah :


1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.


2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.


3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.


4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah stucture vehicle.


5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structure vehicle.


Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan, atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfameranzin yang bermuatan positif yaitu AlCl3 (Alumunium trichlorida).
 

Bahan pengawet.

Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.


Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil para benzoat (1:1250), etil p. Benzoat (1:14000), nipasol, nipagin ± 1 %. Disamping itu, banyak pula digunakan garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil mercuri chlorida, fenil mercuri asetat.
 

2.5. Penilaian stabilitas suspensi

1. Volume sedimentasi


Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Va) terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.


2. Derajat flokulasi


Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi (Voc).


3. Metode reologi


Berhubungan dengan faktor sedimen dan redispersibilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.


4. Perubahan ukuran partikel


Digunakan carafreeze – thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.

2.6. Kelemahan dan Keuntungan suspensi


1) Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :


a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat .


b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.


c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.


2) Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :


a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.


b.Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.


c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan

Dalam membuat sediaan suspensi kita harus memperhatikan syarat-syarat atau karakteristik bahan yang akan digunakan sehingga hasilnya memuaskan. Kita juga harus mengetahui mengetahui kekurangan dan kelemahan dari sediaan suspensi serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi formulasi pembuatan sediaan farmasi.


3.2 Saran
Sebagai tenaga kefarmasiaan kita harus mempelajari dan memahami tentang sediaan suspensi. Karena sangat bermanfaat dalam dunia farmasi yang akan kita geluti.



DAFTAR PUSTAKA
Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta


Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III.


UI Press : Jakarta


Soetopo. Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta


http://rgmaisyah.wordpress.com/2008/12/03/emulsi/


http://medicafarma.blogspot.com/2008/08/suspensi_28.html
http://wahidrock.blogspot.com/2012/12/suspensi.html
http://pelanginetponsel.com/makalah
http://www.pelanginetponsel.com/2014/01/makalah-suspensi.html

sediaan obat solutio

A. Pengertian
          Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu  atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler  dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
          Karena molekul-molekul  dalam larutan terdispersi  secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis  dan memiliki ketelitian  yang baik jika larutan  diencerkan atau dicampur.
          Bila zat A dilarutkan dalam  air atau pelarut lain akan terjadi tipe larutan sebagai berikut :
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
          Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai adalah :
1. Air untuk macam-macam garam
2. Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol.
3. Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol.
4. Eter, misalnya untuk  kamfer, fosfor , sublimat.
5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
6. Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol.
7. Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.
B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
1. Sifat dari solute  atau solvent.
         Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam
    anorganik larut dalam air.Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula.
    Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam chloroform.
2. Cosolvensi.
         Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
    penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya  Luminal tidak larut dalam
    air, tetapi larut dalam campuran air – gliserin atau  solutio petit
3. Kelarutan.
          Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut , zat yang sukar larut 
    memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
    umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air.
§ Semua garam klorida  larut , kecuali AgCl,  PbCl2,  Hg2Cl2.
§ Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi subnitras.
§ Semua garam sulfat larut, kecuali  BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut).
b.    Tidak larut dalam air.
§ Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4) 2CO3.
§ Semua oksida dan hidroksida tidak larut , kecuali  KOH, NaOH, NH4OH, BaO, dan Ba(OH)2.
§ Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO4
4. Temperatur.
         Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat tersebut dikatakan
    bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut  +  pelarut  +  panas  à   Larutan 
          Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak larut, zat
    tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan
    panas.
Contoh  :  K2SO4, KOH, CaHPO4, Calsium gliseropospat, minyak atsiri, gas-gas yang larut.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a.    Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri
b.    Zat yang terurai, misalnya Natrii bicarbonas
c.    Saturatio
d.   Senyawa – senyawa calsium, misalnya aqua calcis
5. Salting Out.
         Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu  yang mempunyai  kelarutan
    lebih besar di banding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan  zat utama
    atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contoh :
a. Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar dibanding  kelarutan  minyak atsiri dalam air, maka minyak atsiri  akan  memisah.
b. Reaksi antara papaverin Hcl dengan solutio charcot menghasilkan endapan papaverin base.
                          
6.  Salting  In.
         Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
     utama  dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : riboflavin (vitamin B2) tidak
     larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamidum (terjadi
     penggaraman riboflavin + basa NH4 ).
7. Pembentukan kompleks
         Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak
    larut  dengan zat yang larut  dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
KI       +   I2      à            KI3
HgI2   +   2KI    à            K2HgI4
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh  :
§   Ukuran partikel ; makin halus solute, makin kecil ukuran  partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
§   Suhu ; umumnya kenaikan suhu menambah kelarutan solute.
§   Pengadukan.
C.  Cara Mengerjakan Obat Dalam Larutan
          Beberapa bahan obat memerlukan cara khusus dalam melarutkannya.
    diantaranya adalah :
1. Natrium bicarbonas, harus dilakukan dengan cara gerus tuang (aanslibben)
2. Natrium bicarbonas  +  Natrium salicylas, Bic natric digerus tuang , kemudian ditambah natrium salicylas.Untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada larutan harus ditambahkan Natrium pyrophosphat  sebanyak 0,25 %  dari berat larutan.
3. Sublimat (HgCl2), untuk obat tetes mata harus dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-kocok dalam air panas, kemudian disaring setelah dingin. NaCl dapat meningkatkan kelarutan sublimat, tetapi menurunkan daya baktericidnya.  Kadar Sublimat  dalam obat mata 1  :4000 
4. Kalium permanganat (KMnO4), KMnO4 dilarutkan dengan pemanasan . Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi ( MnO2) , oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol atau bisa juga disaring dengan gelas wol .
5. Seng klorida,, melarutkan seng klorid harus dengan air sekaligus, kemudian disaring . Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka akan terbentuk seng oksi klorid yang sukar larut dalam air. Bila terdapat asam salisilat larutkan seng klorid dengan sebagian air  kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air baru disaring.
6. Kamfer, kelarutan dalam air  1: 650. Dilarutkan dengan spiritus fortior ( 96 % )  2 X berat kamfer dalam botol kering  kocok-kocok  kemudian tambahkan air panas sekaligus , kocok lagi.
7. Tanin, tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin. Tetapi tanin selalu mengandung hasil oksidasi yang larut dalan air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahkan. Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin dalam air kocok baru tambahkan gliserin.
8. Extract opii dan extract ratanhiae, dilarutkan dengan cara ditaburkan ke dalam air sama banyak, diamkan selama ¼ jam.
9. Perak protein, dilarutkan dalam air suling sama banyak, diamkan selama ¼ jam , di tempat yang gelap.
10. Succus liquiritiae,
a. dengan gerus tuang (aanslibben), bila jumlahnya kecil.
b. dengan merebus atau memanaskannya hingga larut.
11. Calcii Lactas dan Calcii Gluconas, kelarutan dalam air 1 : 20
Bila jumlah air cukup , setelah dilarutkan disaring untuk mencegah kristalisasi.
Bila air tidak cukup  disuspensikan dengan penambahan  PGS  dibuat mixtura agitanda.
12. Codein :
a. direbus dengan air 20 X nya, setelah larut diencerkan sebelumdingin.
b. dengan alkohol  96 % sampai larut ,lalu segera encerkan dengan air.
c. diganti dengan  HCl Codein sebanyak 1,17 X-nya.
13. Bahan-bahan obat yang bekerja keras harus dilarutkan tersendiri.
14. Bila terdapat bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang diambil paling sedikit adalah 2 CC
15. Pepsin,  tidak larut dalam air tapi larut dalam HCl encer.
Pembuatan :  pepsin disuspensikan dengan air 10 X nya  kemudian tambahkan HCl encer. Larutan pepsin hanya tahan sebentar dan tidak boleh disimpan.
16. Nipagin dan Nipasol, kelarutan  1  :  2000
Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air  
Nipasol berfungsi sebagai pengawet untuk larutan minyak 
a. dilarutkan dengan pemanasan  sambil digoyang-goyangkan
b. dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan dalam sediaan yang diawetkan.
17. Fenol, diambil fenol  liquefactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol. Jumlah yang diambil   1,2 x  jumlah yang diminta.
D.      Macam – Macam Sediaan Larutan Obat
          Bentuk sediaan larutan berdasarkan  cara pemberiannya dibedakan atas :
Larutan oral
              Yaitu sediaan cair yang dibuat  untuk pemberian oral , mengandung satu atau lebih zat  dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran  kosolven-air.
1. Potiones (obat minum)
       Adalah  solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( per oral ). Selain
    berbentuk larutan potio dapat juga berbentuk emulsi atau suspensi.
2. Elixir
       Adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan
    (pemanis, pengawet, pewarna, pewangi) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap
    dan sebagai pelarut digunakan campuran air - etanol.
       Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat . Pada elixir dapat pula
    ditambahkan glycerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti gula
    bisa digunakan sirup gula.
3. Sirup.
Ada 3 macam sirup yaitu :
a. sirup simplex  mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin 0,25 % b/v
b. sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan  digunakan untuk pengobatan
c. sirup pewangi tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
4.    Netralisasi, Saturatio dan Potio Effervescent.
a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan
    bagian basa sampai reaksi selesai  dan larutan bersifat netral Contoh : Solutio Citratis
    Magnesici, Amygdalas Ammonicus
    Pembuatan  : Seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basanya bila perlu
    reaksi dipercepat dengan pemanasan.
b. Saturatio adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan  asam dengan basa 
    tetapi gas yang terjadi ditahan  dalam wadah sehingga larutan  jenuh dengan gas.
Pembuatan   :   
1. Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang  tersedia. Misalnya NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
2. Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang tersedia.
3. 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi tertahan.
c.    Potio Effervescent adalah saturatio yang CO2nya lewat jenuh.
Pembuatan  :
Langkah 1 dan 2  sama dengan pada saturatio.
Langkah ke 3 Seluruh bagian asam dimasukkan kedalam basa  dengan hati-hati,  segera  tutup dengan sampagne knop.
Gas CO2 umumnya digunakan untuk pengobatan,  menjaga stabilitas obat, dan kadang-kadang dimaksudkan untuk menyegar-kan rasa minuman ( corrigensia).
Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan potio effervescent   adalah :
- diberikan dalam botol yang kuat , berisi kira-kira 9/10 bagian dan tertutup kedap dengan tutup gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat dengan sampagne knop.
- Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut , karena tidak boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol berisi gas dalam jumlah besar.
Penambahan Bahan –bahan.
§  Zat – zat  yang dilarutkan dalam bagian asam
a. Zat netral dalam jumlah kecil.
    Bila jumlahnya banyak,  sebagian dilarutkan dalam asam sebagian dilarutkan dalam
    basa, berdasarkan perbandingan  jumlah airnya.
b. Zat-zat mudah menguap.
c. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alkaloid
d. Sirup
§  Zat- zat yang dilarutkan dalam bagian basa.
a. Garam dari asam yang sukar larut . misalnya natrii benzoas, natrii salisilas.
b. Bila saturasi mengandung asam tartrat maka garam-garam kalium dan ammonium 
    harus ditambahkan kedalam bagian basanya, bila tidak, akan terbentuk endapan
    kalium atau  ammonium dari asam tartrat.
   
Untuk melihat berapa bagian asam atau basa yang diperlukan dapat melihat tabel penjenuhan ( saturasi dan netralisasi ) dalam Farmakope Belanda edisi V berikut ini :
Tabel saturasi dan netralisasi  (Farmakope Belanda V)
                       
Untuk 10 bagian
Asam Amygdalat
Asam Asetat Encer
Asam Sitrat
Asam Salisilat
Asam Tartrat
Ammonia
8,9
58,8
4,1
8,1
4,41
Kalium Karbonat
-
144,7
10,1
20,0
10,9
Natrium Karbonat
-
69,9
4,9
9,7
5,2
Natrium Bikarbonat
18,1
119,0
8,3
16,4
8,9

Ammonia
Kalium Karbonat
Natrium karbonat
Natrium Bikarbonat

Asam Amygdalat
11,2
-
-
5,5

Asam Asetat (e)
1,7
0,7
1,43
0,84

Asam Sitrat
24,0
9,9
20,4
12,0

Asam Salisilat
12,3
5,0
10,4
6,1

Asam Tartrat
22,7
9,2
19,1
11,2


                                                                                               
5. Guttae  ( drop)
          Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi , apabila  tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan  penetes baku yang disebutkan oleh Farmakope Indonesia. Biasanya obat diteteskan ke dalam makanan atau minuman atau dapat diteteskan langsung kedalam mulut.
          Dalam perdagangan dikenal pediatric drop yaitu obat tetes yang digunakan  untuk anak-anak atau bayi .
           Obat tetes sebagai obat luar, biasanya disebutkan tujuan pemakaiannya misalnya : eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga.
 Larutan topikal
          Larutan topikal ialah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali juga pelarut lain, misalnya etanol untuk penggunaan topikal pada kulit dan untuk penggunaan topikal pada mukosa mulut. Larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio
Sedian-sedian termasuk larutan topical :
1. Collyrium
         Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonus, digunakan
    untuk membersihkan mata.dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
         Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih,masukkan
    kedalam wadah, tutup dan sterilkan.
    Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap.
    Catatan :
§  Pada etiket harus tertera :
a. Masa penggunaan setelah tutup dibuka.
b. “ Obat cuci mata”
§  Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya. Kolirium yang mengandung pengawet dapat digunakan paling lama tujuh hari setelah botol dibuka tutupnya.
2. Guttae Ophthalmicae.
       Tetes mata adalah larutan steril  bebas partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.  Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
Hal –hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan obat tetes mata :
a. Nilai isotonisitas.
            Secara ideal obat tetes mata harus memiliki nilai isotonis sama dengan larutan
    NaCl 0,9 % b/v. Tetapi mata masih dapat tahan terhadap nilai isotonis rendah yang
    setara dengan larutan NaCl 0,6 % b/v dan tertinggi yang setara dengan larutan NaCl
    2,0 % b/v.
b. Pendaparan
           Salah satu maksud pendaparan larutan obat mata adalah untuk mencegah
    kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil oleh wadah kaca.
    Hal tersebut dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas  obat. Selain itu penambahan
    dapar juga dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat tertentu misalnya : garam –
    garam alkaloid.
           Air mata normal memiliki pH 7,4  secara ideal obat tetes mata memiliki pH  seperti
    pada air mata, tetapi karena beberapa bahan obat tidak stabil (tidak larut/ rusak/
    mengendap) pada pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata di dapar pada pH
    sedekat mungkin dengan pH air mata supaya tidak terlalu merangsang mata.
           Pada larutan yang digunakan pada mata, terlebih pada mata yang luka sterilitas
    adalah yang paling penting, untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.    
c. Pengawet
           Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin
    sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung zat atau campuran zat  
    yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin
    masuk  pada waktu wadah dibuka pada saat digunakan.
Pengawet yang dianjurkan :
§ nipagin dan nipasol
§ fenil merkuri nitrat, timerosol
§ benzalkonium klorid
§ klorbutanol, fenil etil alcohol
    Untuk penggunaan pada pembedahan , selain steril larutan obat mata tidak boleh mengandung antibakteri karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringan mata.
d. Pengental
            Ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan sehingga obat lebih lama kontak
    dengan jaringan. Larutan obat mata yang dikentalkan  harus bebas dari partikel yang
    dapat terlihat. Contoh : metil selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alcohol
    Cara pembuatan obat tetes mata :
a. Obat dilarutkan kedalam sal;ah satu zat pembawa yang mengandung salah satu zat pengawet , dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup wadah dan sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 30 menit.
b. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet dan disterilkan menggunakan bakteri filter masukkan kedalam wadah secara tehnik aseptis dan tutup rapat
c. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup rapat dan sterilkan dengan penambahan bakterisid , dipanaskan pada suhu 98- 100oC selama 30 menit.
3. Gargarisma (Gargle)
       Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Penandaan.
1. Petunjuk pengenceran sebelum digunakan
2. “ Hanya untuk kumur, tidak ditelan “
Contoh : Betadin Gargle.
4. Litus Oris.
    Oles Bibir adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut.
    Contoh : Larutan 10 % borax dalam gliserin.
5. Guttae Oris
    Tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan
    lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.
6. Guttae Nasales
    Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara  meneteskan obat
    ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat  pensuspensi, pendapar dan
    pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan
    pembawa.
7. Inhalationes
    Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam
    bentuk kabut kedalam saluran pernafasan . Tetesan butiran kabut harus seragam dan
    sangat halus sehingga dapat mencapai  bronkhioli. Inhalasi merupakan larutan dalam
    air atau gas. ( akan dibahas lebih lanjut dikelas III)
    Penandaan :  Jika mengandung bahan yang tidak larut pada etiket harus tertera 
    "Kocok dahulu”
8. Injectiones  / obat suntik. (dibahas dikelas III)
9. Lavement / Clysma / Enema.
    Cairan yang pemakaiannya per rectum/colon  yang gunanya untuk membersihkan atau
    menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik Enema yang digunakan untuk
    membersihkan atau penolong pada sembelit  atau pembersih faeces sebelum operasi,
    tidak boleh mengandung zat lendir. Selain untuk membersihkan enema juga berfungsi
    sebagai karminativa, emolient, diagnostic, sedative, anthelmintic dan lain-lain.  Dalam
    hal ini untuk mengurangi kerja obat yang bersifat merangsang terhadap  usus , dipakai
    basis berlendir  misalnya mucilago amyli. Pada pemakaian per rectal berlaku dosis
    maksimal.
            Enema diberikan dalam jumlah variasi tergantung pada umur dan keadaan
    penderita. Umumnya 0,5 sampai 1 liter, tetapi ada juga yang diperpekat  dan diberikan
    sebanyak 100 – 200 ml.
10. Douche.    
      Adalah larutan dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik
      untuk pengobatan maupun untuk membersihkan. Karenanya larutan ini mengandung
      bahan obat atau antiseptik. Untuk memudahkan, kebanyakan douche ini dibuat
      dalam bentuk kering/padat (serbuk, tablet yang kalau hendak digunakan
      dilarutkan dalam sejumlah air tertentu, dapat juga diberikan larutan kental yang
      nantinya diencerkan seperlunya. Contoh Betadin Vaginal Douche (dikemas beserta
      aplikatornya)
11. Epithema /Obat kompres
      Adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat tempat
      yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan
      osmose digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. Contoh :   Liquor Burowi,
      Solutio Rivanol, campuran Borwater - Rivanol.
E. Hitungan Farmasi
   Farmakope Indonesia  Edisi IV memberikan 3 bentuk persen  yaitu :
1. Persen bobot per bobot  (b/b) 
    Menyatakan jumlah gram zat  dalam 100 gram campuran atau larutan.
2. Persen bobot per volume (b/v)
    Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan, sebagai pelarut dapat digunakan
    air atau pelarut lain.
3. Persen volume pervolume (v/v)
    Menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan. Pernyataan persen tanpa penjelasan
    lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah padat , yang dimaksud adalah b/b,
    untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam cairan yang dimaksud adalah b/v
    dan untuk larutan cair di dalam cairan yang dimaksud adalah v/v  dan untuk larutan gas
    dalam cairan yang dimaksud adalah b/v.
¨     Perhitungan Etanol.
       Yaitu mengubah atau mengencerkan kadar etanol yang lebih tinggi menjadi kadar yang lebih rendah .
        Perlu diketahui bahwa apabila kita mencampur 2  larutan yang berbeda berat jenisnya (termasuk etanol/spiritus ) akan terjadi penyusutan volume yang disebut dengan kontraksi.
          Spiritus atau etanol adalah campuran alkohol absolut dengan air.  Umumnya dinyatakan dalam persen b/b atau v/v, sehingga :
1. 100 gram etanol  0 % b/b artinya larutan mengandung
              alkohol absolute    0  %  x 100 gram       =  0 gram
              air                         100 gram – 0 gram   =  100 gram
2. 200 cc etanol 70 % v/v artinya larutan mengandung
              alkohol absolute     70 %  x 200 cc           =  140 cc 
     air  bukan     200 cc – 140 cc =   60 cc, tetapi lebih besar dari 60 cc (hal ini dapat
     dihitung)
             
3. 200 cc etanol 70 % b/b, jumlah alkohol absolute tidak bisa langsung dihitung. Disini harus kita sejeniskan terlebih dahulu. Untuk mengetahuinya dapat dipergunakan tabel  pada Farmakope edisi IV
  etanol 70 % b/b   =   etanol 76,91 % v/v   =   BJ  0,8658
  Volume larutan    =   200 cc
  alkohol absolut    =   76,91 % x  200 cc       =   153,82 cc
  Berat larutan        =   0,8658  x  200 cc      =   173,16 gram
  Alkohol absolut  =     70 % x 173,16 g       =  121,21 gram
  Berat air               =   173,16 g – 121,21 g =   51,95 gram
Latihan .
1. 500 gram etanol 95 % b/b , berapa cc dan gram alkohol absolutnya ?
    Jawab :
alkohol absolute       =  95 %  x  500 gram  =   475gram
95 % b/b                 =   96,79 % v/v           =   BJ  0,8020
              500/0,8020          =   623,44 cc,
               alkohol absolut  =     96,79 % x   623,44 cc
             =   603,42 cc
                                                                                                           
2. 1 liter etanol 77,79 % v/v, berapa cc dan gram alkohol absolutnya ?
    Jawab :
Alkohol absolute =  77,79 % x 1000 cc =   777,9  cc
77,79 % v/v        =   71 % b/b            =   BJ   0,8634
Berat larutan       =   0.8634 x 1000    =   863,4 gram
Alk. absolute       =   x 863,44 gram    =  613,04gram
3. 500 gram etanol 73,3 % v/v berapa gram dan cc alkohol absolutnya ?
Jawab  :
73,3 % v/v        =   66 % b/b                    =  0,8753
alkohol absolute=  66 % x 500 gram         =   330 gram 
volume larutan  =    500/0,8753               =   571,23 cc
alkohol absolute  =    x  571,23 cc  =  418,71 cc
4. 1 liter etanol 57 % b/b berapa cc dan gram alkohol absolutnya
    Jawab :
57 % b/b              =   64,8 % v/v                =   BJ  0,8964
alkohol absolut    =     64,8 % x  1000 cc           =         648 cc
Berat larutan        =   1000 x 0,8964          =  896,4 gram
Alkohol absolut  =   x  896,4 g          =   510,95 gram
5. 800 cc etanol BJ 0,8364
    Jawab :
BJ 0,8364  =  87,8 % v/v  =  82 % b/b
Alkohol absolut  =   87,8 %  x  800 cc         =  702,4 cc
Berat larutan        =   800 x  0,8364           =   669, 12 gram 
Alkohol absolut   =  82 %   x   669,12 g     =   548,68gram

Kegunaan menghitung alkohol absolut adalah untuk mencari kadar.
Contoh soal :
Berapa % b/b kadar etanol yang diperoleh kalau kita mencampurkan 100 gram etanol 70 % v/v  dengan air  200 cc ?
Penyelesaian :
100 gram etanol 70 % v/v     = 62,44 % b/b à 
alkohol abs. 62,44/100 x 100                      = 62,44  g
  Kadar campuran  =  x 100 %   =   20,81 %    b/b
              Atau menggunakan rumus :
            B1 x K1 + B2 x K2 = B3 x K3
100  x  62,44  +  200 x 0 = 300 x K3
K3 =      x 100 % = 20, 81 %
                                                           
Apabila tabel yang dimaksud tidak ada dalam daftar maka harus dilakukan   interpolasi .
Cara :
Misalkan yang hendak diketahui % b/b dan BJ etanol 90,5 % v/v.
Ambil 1 tabel yang terdekat diatasnya. Dengan perbandingan biasa kita  dapat membuat tabel baru.

BJ
0,8271

b/b
85,69

v/v
90
0,5
1
0,0066

1,3
90,5

0,8337

86,99

91

Perbandingan 0,5/1 =1/2
% b/b= 85,69 + ( ½ x 1,3 )
         = 85,69 + 0 65
         = 86,34
BJ     = 0,8271 + ( ½ x 0,0066 )
         = 0,8271 + 0,0033
         = 0,8304
Jadi etanol 90,5 % v/v = etanol 86,34 % b/b; Bj = 0,8304.
Latihan soal.                                       
1. Interpolasi dari BJ  0,9003
2. Interpolasi dari 66,5 % b/b
3. Tentukan % b/b, % v/v dan BJ dari campuran :
    1200 gram etanol 60 % v/v  +  200 cc air
4. Hitunglah % b/b, % v/v dan BJ campuran  :
    100 gram spiritus dilutus  +  100 gram air
5. Hitung berapa gram air yang ditambahkan pada campuaran
    500 cc spiritus 96 % v/v  +  air samapi 1 liter
6. Dibutuhkan 1 liter spiritus 60 % b/b. Dalam persediaan kita mempunyai spiritus fortior. Berapa cc air yang diperlukan
7. Dibutuhkan etanol 40 % v/v dalam persediaan  terdapat 300 cc spiritus fortior dan 200 cc spiritus dilutus.
8. Tentukan BJ dari campuran sama berat spiritus dilutus dan air
9. Tentukan BJ dari campuran sama volume spiritus dilutus dan air.
Contoh soal kontraksi.
Dicampurkan 100 cc spiritus dilutus dengan 100 cc air.
Berapa cc hasil yang akan didapat dan hitungkan kontraksinya!
       100 cc x 70 % v/v  +  100 cc 0%  v/v     à      ?  
Berat campuran :
       =     (100 x  0,8837) g + 100 g     à   88,37  +  100 
       =     188,37 g  (x)  % b/b
Etanol absolut :
       =       x   88,37      =                          55,18 g
             
Kadar  =   x 100 %  = 29,29 % b/b 
BJ 0,9545 (hasil interpolasi), maka volume sebenarnya (Volume praktis)           =      =   197,35 ml
       Volume teoritis = Vt  =   V1  +  V2  
                                     = 100 ml + 100 ml
                                     = 200 ml
       Kontraksi                 =   Vt  - Vp
                                     =   200 ml -  197,35 ml
                                     =   2,65  ml
       % kontraksi             =    x 100 %   = 1,33 %.
       kontraksi tidak boleh lebih dari 3,6 %
       
Latihan soal
1. Hitunglah kontraksi bila dicampur etanol absolut dengan air sama jumlah volumenya
2. Hitunglah kontraksi dalam % jika dicampur 200 ml spiritus dilutus dengan 300 ml spiritus 95 % v/v
3. Hitunglah kontraksi bila dicampur masing-masing 100 g spiritus 95 % v/v, 100 g spiritus dilutus dan 200 g air.
¨      Hitungan Pengenceran Bukan  Etanol.                           
          Hendak dibuat 300 gram larutan  yang mengandung 10 % NaCl dengan mempergunakan larutan yang mengandung 50 % NaCl. Berapa jumlah larutan  50 % yang harus dipakai dan berapa air yang harus ditambahkan ?
Untuk menyelesaikan soal ini , tentukan dulu :
1. Mana bagian  yang membentuk dan mana yang terbentuk.
2. Komponen  yang belum kita ketahui  kita misalkan X
3. Zat aktif yang membentuk sama dengan yang terbentuk
4. Berat zat yang membentuk harus sama dengan yang terbentuk.
5. Kalau terdapat selisih berat antara zat terbentuk dengan yang membentuk maka selisihnya adalah zat penambah.
Jawab.
        X   gram   50 %   =   300 gram  10 %
        Zat aktif (za)       =     x  X            =   0,5 X
        Z.A                     =     x  300         =   30  gram
        0,5 X                  =   30
        X                        =    g                  =   60 gram
        Zat penambah (air)    =  300 -   60   =   240 gram

Latihan soal
1. Hitung berapa gram zat penambah diperlukan pada pembuatan 400 gram campuran   dengan kadar 20 %, bila yang tersedia 200 gram zat 25 % dan zat 15% yang belum diketahui jumlahnya.
     Jawab.
    X g   x   15 %   +  200 g  x  25 %     à      400 g  x   20 %
    Z.A    (15/100 x   X )  +  ( 25/100 x 200)  à  20/100  x  400
    Z.A       0,15 X            +          50           =   80
                                               0,15 X       =   80  -  50
                                                 X            =   200
              Zat 15 %   diambil sebanyak 200 gram
              Zat penambah  sebanyak  400 – ( 200 + 200 )  =  0 gram
2.   Hitung berapa gram larutan NaCl   40 % harus ditambahkan pada 10 gram larutan NaCl 10 % supaya diperoleh 100 gram larutan NaCl 20 % !
       Jawab :
              ( 10 g x  10 % ) +  ( X g  x  40 % )   à 100 g  x 20 %
      Z.A(  x  10 )  +  ( x  X ) à     20/100  x  100
                       1               +     0,4 X                   =   20
                                                               X        =   20 -  
                                                               X        =   47,5  g
              Larutan NaCl 40 % yang diambil     47,5 gram
              Zat penambah    100  -  (  10 + 47,5 ) =   42,5 gram
3.    Hitunglah berapa gram larutan glukosa 15 %  dan  glukosa     25 % harus ditambahkan pada 200 gram larutan  glukosa 20 % supaya diperoleh 600 gram larutan glukosa 18 %
       Jawab :
Glukosa 15 %    =   X
Glukosa  25 %   =   (600 – 200 ) – X
X  x  15 %   +   (400-X) x  25 %  +  200 x  20 %  
                          à     600  x   18 %
0,15 X +  100 -  0,25 X  +  40   =  108
0,15 X  -   0,25 X  =  108  -  ( 100 + 40) -   0,1 X  =  -  32
                      X  =  320  
Jumlah glukosa 15 %     320 gram
Jumlah glukosa 25 %      400 – 320   =   80 gram
                                                                                               
4.    50 mg alkaloid belladon dicampur dengan  1 gram extract belladon yang mengandung 1,5 % alkaloid belladon. Berapa gram campuran extract  belladon 1,3 % yang diperoleh dan berapa gram zat penambahnya.
Jawab :
50 x  100 % + 1000  x  1,5 %    à   X   x    1,3 %
          50      +          15              =     0, 013  X
                          X  =      =    5000 mg  = 5 g
Campuran yang diperoleh   5000 mg  =  5 gram
Zat penambah = 5000 – (1000 + 50)  =  3950 mg   =  3,95 g